JAKARTA - Membangun jembatan yang membelah selat sunda hanya impian pada tahun 2004 lalu. Namun kini rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) sudah mulai direncanakan meskipun banyak masalah yang berasal dari aspek sosial, ekonomi, pendidikan bahkan politik.
"Ditakutkan ketika jembatan akan dibangun, putra daerah akan meminta bagian. Dan akhirnya hanya akan menjadi supir, ataupun seorang pedagang. Kita tidak mau seperti itu, karena kita berharap hasil maksimal untuk pembangunan ini," ungkap Direktur Proyek JSS Agung R Prabowo di Jakarta, Selasa (23/11/2010).
Dari segi politik juga akan timbul kendala, karena ada kendala akan perjanjian internasional untuk meyakinkan bahwa jembatan ini sudah memenuhi standar internasional. Untuk itu akan diadakan feasibility study (FS) selama kurang lebih 2-3 tahun.
Dalam laporan pra studi kelayakan diperkirakan proyek JSS ini akan menelan biaya sekitar USD10 juta. Namun ini adalah angka sementara, angka persis akan di dapat pada saat selesai FS.
Jembatan dengan panjang hampir 30 kilometer (km) ini ditargetkan selsai dengan masa pembangunan 8-9 tahun, jembatan ini mengadopsi jembatan yang menjadi benchmark Italia. Sedangkan jarak antar tiang diperkirakan selebar 2,2 km dengan enam ruas, tiga ruas di kiri dan tiga ruas di kanan.
Proyek JSS ini sedang menunggu payung hukum dari Menteri Perekonomian Hatta Rajasa, tahap awal proyek ini akan mulai digarap sebelum tahun 2014. Kepres no.36 tentang pembuatan Jembatan Selat Sunda.
Di samping itu, ketakutan akan meletusnya Gunung Anak Krakatau seperti pada tahun 1883 masih membayangi, namun saat itu Gunung Krakatau berada 2.000 meter di atas laut. Sedangkan Gunung Anak krakatau hanya 200-300 meter, jadi bukan merupakan ancaman.
Namun untuk mengantisipasinya, akan dibutuhkan teknologi, untuk merelease kekuatannya, sehingga ketika dia meletus kekuatannya sudah melemah. Selain itu juga ada faktor tumbukan lempeng, namun hal-hal ini merupakan sebuah tantangan, bukan hambatan.
"Orang-orang hanya berfikir mikro, bahwa ini cuma pembangunan jembatan, padahal Malaysia sendiri dulu ngotot membangun jembatan Malaka-Dumai, dengan panjang 50 km, itu kenapa? Karena Malaysia berniat untuk mengambil ekonomi di Sumatera," imbuhnya.
Hambatan lain yaitu pemikiran bangsa kita. "Kita harus berfikir bagaimana kita membangun sambil memperbaiki jalan bolong-bolong," ungkapnya
Beliau mengatakan tidak mungkin bisa mengandalkan tol, pengembangan kawasan diharapkan bisa menutup jalan yang kualitasnya kurang itu. Sementara dia menegaskan jembatan itu sendiri dibangun bukan sebagai solusi kemcetant, ataupun kesiapan menghadapi perdagangan bebas, tapi karena kepentingan ekonomi.
Aspek keamanan juga tampak menjadi kendala. "Ini kan proyek mahal, nanti kalau ada yang mencuri baut gimana? selain itu kendala kapal-kapal besar yang lewat masih menjadi perhatian. Faktor konservatif juga akan menjadi sorotan, karena itu dalam membuat diperkukan tekhnologi tinggi, yang juga di kaji pada FS nanti," jelas dia.
"Selain dari segi ekonomi diharapkan (JSS) dapat menjadi salah satu kebanggaan terutama untuk daerah Asia. Banyak yang bilang ini adalah proyek mimpi, tapi dari mimpi itu kita bisa jadi bangsa yang besar. Jangan berkata mimpi itu buruk, mimpi tanpa usaha itu yang buruk," ungkap dia.(wdi)
Sumber:okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar
KOLOM KOMENTAR TIDAK MENGGUNAKAN CAPJAY,, JADI JANGAN SUNGKAN UNTUK KOMEN. OK....